hai........
para pembaca blogku, sekarang saatnya saya berbagi sebuah naskah drama untuk mengisi acara di sekolah, kalau seandainya kalian butuh silahkan copy drama perjuangan ini...
~Tokoh:
Ir.
Soekarno
Drs.
Moh Hatta
dr.
Muwardi
Syodanco
Latief Hendraningrat
Sudiro
Mr.
Wilopo
Syodanco
Arifin Abdurrahman
Wage
Rudolf Supratman
Suwiryo
Gunawan
Suhud
Setelah
menyelesaikan pekerjaan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 sekitar pukul 04.30 WIB, tokoh – tokoh dari golongan tua maupun
muda sibuk mempersiapkan hal –hal yang menyangkut dengan pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan. Mereka juga memberitahukan pada rakyat bahwa saat proklamasi telah
tiba, agar masyarakat ikut menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.
Esok
harinya, sejak pagi masyarakat sudah berkumpul di Lapangan Ikada, mereka datang
ke Lapangan Ikada karena informasi yang mereka terima dari mulut ke mulut.
Mereka mengira proklamasi akan dilaksanakan di Lapangan Ikada. Pihak Jepang
juga telah mencium isu akan adanya kegiatan di Lapangan Ikada. Karenanya, sejak
pagi hari Lapangan Ikada dijaga ketat pasukan Jepang dengan senjata lengkap.
Melihat hal itu, Sudiro selaku pimpinan Barisan Pelopor melapor pada Kepala
Keamanan Soekarno, dr. Muwardi.
Sudiro : “Mas Muwardi, saya ingin
menyampaikan suatu hal yang sangat penting pada anda, perihal situasi di
Lapangan Ikada.”
dr.
Muwardi : “Memangnya situasi apa yang sedang terjadi di Lapangan Ikada Sudiro?”
Sudiro : “Saya tadi melihat pasukan Jepang
dengan persenjataan lengkap di Lapangan Ikada. Bukankan pelaksanan proklamasi
akan diadakan disana?”
dr.
Muwardi : “Tenang saja Sudiro. Pelaksanaan proklamasi tidak dilakukan di Lapangan
Ikada, melainkan di kediaman Bung Karno. Sebaiknya sekarang kamu beritahukan
hal ini pada masyarakat lainnya yang sudah berkumpul di Lapangan Ikada.”
Sudiro : “Baiklah, terima kasih atas
penjelasannya Mas Muwardi. Saya permisi dulu.”
dr.
Muwardi : “Ya, silakan.”
Di
kediaman Ir. Soekarno, sejumlah pemuda telah memadati halaman rumah. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban jalannya upacara proklamasi, dr. Muwardi
meminta Syodanco Latief Hendraningrat untuk berjaga – jaga di sekitar rumah Soekarno.
dr.
Muwardi : “Latief, tolong anda jaga tempat ini sebaik – baiknya agar
pelaksanaan upacara proklamasi berlangsung tertib dan aman.”
Syodanco
Latief Hendraningrat: “Baiklah Mas Muwardi. Saya akan berusaha melaksanakan
amanat dari anda ini dengan sebaik – baiknya.”
dr.
Muwardi : “Baik, saya percayakan hal ini pada anda. Permisi.”
Syodanco
Latief Hendraningrat: “Arifin, untuk menjaga jika terjadi kekacauan yang dibuat
Jepang, anda selaku pimpinan pasukan harus selalu siap siaga di dekat pesawat
telepon di rumah Soekarno, sewaktu – waktu pasukan ini bisa dihubungi lewat
pesawat telepon.”
Syodanco
Arifin Abdurrahman: “Baik Latief. Saya akan melaksanakan tugas ini.”
Sementara
itu, persiapan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi dilakukan
oleh Mr. Wilopo setelah mendapat perintah dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo.
Suwiryo : “Mr. Wilopo, saya ingin memberikan
suatu tugas yang sangat penting pada anda.”
Mr.
Wilopo : “Tugas apa yang ingin anda
berikan pada saya Mas Suwiryo?”
Suwiryo : “Saya ingin agar anda mempersiapkan
segala peralatan yang dibutuhkan dalam
pembacaan teks proklamasi.”
Mr.
Wilopo : “Baik. Akan saya laksanakan
tugas ini.”
Setelah
itu Mr. Wilopo pergi ke tempat pemilik Toko Radio Satria di Salemba Tengah 24,
Gunawan.
Mr.
Wilopo : “Gunawan saya kemari hendak
meminjam mikrofon dan pengarah suara milikmu, untuk pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan. Itupun kalau anda tidak
keberatan.”
Gunawan : “Oh, tentu saja saya tidak keberatan,
kalau untuk pembacaan teks proklamasi, kenapa tidak? Silakan anda bawa mikrofon
beserta pengarah suara milikku ini. Saya juga akan mengirim salah seorang
teknisi untuk membantu.”
Mr.
Wilopo : “Terima kasih banyak Gunawan.
Anda sangat membantu. Kalau begitu saya permisi dulu.”
Gunawan : “Ya, silakan.”
Sementara
itu Sudiro meminta Suhud (salah seorang tokoh pemuda) untuk menyiapkan satu
tiang bendera.
Sudiro : “Suhud, tolong kau siapkan satu
tiang bendera untuk upacara proklamasi kemerdekaan.”
Suhud : “Baik Mas Sudiro, saya akan segera
menyiapkan tiang bendera yang anda minta.” (Maka, Suhud segera mengambil
sebatang bambu, ia membersihkan dan melubangi bambu itu. Ia tidak ingat kalau
di depan rumah ada 2 tiang bendera dari besi yang tidak digunakan)
Menjelang pukul 10.00 WIB hampir semua tokoh – tokoh
pejuang telah hadir di Pegangsaan Timur. Para pemuda yang telah menunggu sejak
pagi hari sudh tidak sabar lagi. Mereka mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan
Soekarno bahwa hari sudah siang.
dr.
Muwardi : “Pak Soekarno, hari sudah semakin siang. Kenapa pembacaan proklamasi
tidak segera dilakukan? Bukankah lebih cepat lebih baik? Lagipula orang – orang
sudah menunggu sejak tadi pagi untuk menyaksikan pembacaan proklamasi.”
Ir.
Soekarno : “Karena Hatta belum datang.
Pembacaan proklamasi akan dibacakan kalau Hatta sudah datang. Saya tidak bisa
membacakan proklamasi, kalau Hatta tidak datang mendampingi saya.”
dr.
Muwardi : “Tapi Pak, orang – orang sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan
pembacaan proklamasi.”
Ir.
Soekarno : “Saya tidak akan membacakan
proklamasi kalau Hatta tidak ada. Kalau Mas Muwardi tidak mau menunggu, silakan
membaca proklamasi itu sendiri!”
dr.
Muwardi : “Tapi…
(Serentak
dari luar ruangan): “Bung Hatta datang!”
Saat
terjadi perdebatan sengit, Drs. Moh. Hatta datang dengan berpakaian putih – putih. Hatta datang lima
menit sebelum acara dimulai. Bung Hatta langsung menemui Soekarno di kamarnya.
Ir.
Soekarno : “Hatta!
Akhirnya kau datang juga!”
Drs.
Moh Hatta: “Soekarno, maaf saya telah membuat kalian semua menunggu.”
Ir.
Soekarno : “Tidak apa –
apa. Kau datang lima menit sebelum acara dimulai.”
Drs.
Moh. Hatta: “Kalau begitu, mari kita mulai pembacaan proklamasinya.”
Ir.
Soekarno : “Mari.”
Upacara
proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi
aba – aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak
dengan sikap sempurna. Suasana menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta
diperilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekarno mendekati
mikrofon. Dengan suaranya yang mantap, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan
sebelum membacakan teks proklamasi.
Saudara
– saudara sekalian!
Saya
telah minta Saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha
penting dalam sejarah kita. Berpuluh – puluh tahun kita bangsa Indonesia telah
berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus – ratus tahun.
Gelombang aksi kita untuk mencapai kemedekaan itu ada naiknya ada turunnya,
tetapi kita tetap menuju ke arah cita – cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha
kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang
ini tampaknya saja kita menyandarkan diri pada mereka. Tetapi pada hakikatnya,
tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan
sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan
dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musywarat
dengan pemuka – pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan
itu seia – sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk
menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara
– saudara!
Dengan
ini kami menyatakan kebulatan tekad. Dengarlah proklamasi kami.
PROKLAMASI
Kami
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal –
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain, diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.
Jakarta,
hari 17 bulan 8 tahun 05
Atas
nama bangsa Indonesia
Soekarno
– Hatta
Demikianlah
Saudara – saudara!
Kita
sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita
dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara merdeka,
negara Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan
memberkati kemerdekaan kita itu.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Acara
dilanjutkan dengan pengibarn sang saka Merah – Putih. Soekarno – Hatta maju
beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka. Jarak antara
kedua tokoh itu dengan tiang bendera sekitar dua meter. Suhud segera mengambil
bedera Merah – Putih di atas baki yang sudah disediakan. Ia mengikat bendera
tersebut ke tali tiang bendera dengan bantuan Syodanco Latief Hendraningrat.
Secara perlahan – lahan mereka menaikkan bendera Merah – Putih.
Secara
spontan hadirin mengiringi penaikan bendera dengan menyanyikan lagu Indonesia
Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Hadirin kemudian mendengarkan pidato dari
Wakil Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Usai upacara, mereka
meninggalkan tempat bersejarah itu. Dengan demikian, selesailah upacara singkat
yang berlangsung selama sekitar satu jam