Rabu, 04 Desember 2013

puisi bintang dimalam ini




puisi ini berjudul bintang malam ini 
ku persembahkan untuk seseorang yang berinisial YSM.... hehehehe

aku takan lelah meski jiwaku melelah__
aku takan tumbang hingga trbunuh bimbang__
aku takan berhnti sampai mati nafas ini__

kar’na kamu..
juga aku
kar’na tawamu..
juga tangismu
kar’na sifatmu..
juga lukaku
kar’na maumu..
juga demi kamu_____bintangku.
 
bintangku dengarkan aku, aku disini menunggumu
sampai lelah aku
menantimu.
bintangku..!!
kau takan brtahan tanpa aku
kau takan terlihat indah bila tak bersamaku..
disana kau akan gundah kau akan hilang arah. ak yakin kau akan kembali..
bgitu lama kau tampak tegar mninggalkanku??
tak mungkin..!!
 bintang disana akan redup bila sang awan menangis,
bintang disana akan hilang bila sang awan datang,
tapi kau.. liat lah bintang yang satu itu(kau) tetap benderang walau langit menangis,
rela dihujani awan_
rela di panasi mentari_
 

hanya untuk menunggu sang malam(dia) kmbali pdanya__
tapi entah kemana, smenjak malam(dia) kmbali pdanya dia tak lagi hadir di langit-langit fajar nan surya..
tapi tak membuatku lelah untuk mencari bintangku, satu persatu kupandangi dari sejuta bintang bintang yg mulai menghilang darie langit.
sampai kini aku tetap mencari__sampai nanti akan ku nanti__
hingga tersisa
satu bintang di malam ini



Drama Perjuangan



hai........
para pembaca blogku, sekarang saatnya saya berbagi sebuah naskah drama untuk mengisi acara di sekolah, kalau seandainya kalian butuh silahkan copy drama perjuangan ini...


~Tokoh:
Ir. Soekarno                                     
Drs. Moh Hatta                                   
dr. Muwardi                                        
Syodanco Latief Hendraningrat               
Sudiro                               
Mr. Wilopo
Syodanco Arifin Abdurrahman                      
Wage Rudolf Supratman                               
Suwiryo                                              
Gunawan                                                         
Suhud                                

Setelah menyelesaikan pekerjaan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sekitar pukul 04.30 WIB, tokoh – tokoh dari golongan tua maupun muda sibuk mempersiapkan hal –hal yang menyangkut dengan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Mereka juga memberitahukan pada rakyat bahwa saat proklamasi telah tiba, agar masyarakat ikut menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.
Esok harinya, sejak pagi masyarakat sudah berkumpul di Lapangan Ikada, mereka datang ke Lapangan Ikada karena informasi yang mereka terima dari mulut ke mulut. Mereka mengira proklamasi akan dilaksanakan di Lapangan Ikada. Pihak Jepang juga telah mencium isu akan adanya kegiatan di Lapangan Ikada. Karenanya, sejak pagi hari Lapangan Ikada dijaga ketat pasukan Jepang dengan senjata lengkap. Melihat hal itu, Sudiro selaku pimpinan Barisan Pelopor melapor pada Kepala Keamanan Soekarno, dr. Muwardi.
Sudiro         : “Mas Muwardi, saya ingin menyampaikan suatu hal yang sangat penting pada anda, perihal situasi di Lapangan Ikada.”
dr. Muwardi : “Memangnya situasi apa yang sedang terjadi di Lapangan Ikada Sudiro?”
Sudiro         : “Saya tadi melihat pasukan Jepang dengan persenjataan lengkap di Lapangan Ikada. Bukankan pelaksanan proklamasi akan diadakan disana?”
dr. Muwardi : “Tenang saja Sudiro. Pelaksanaan proklamasi tidak dilakukan di Lapangan Ikada, melainkan di kediaman Bung Karno. Sebaiknya sekarang kamu beritahukan hal ini pada masyarakat lainnya yang sudah berkumpul di Lapangan Ikada.”
Sudiro         : “Baiklah, terima kasih atas penjelasannya Mas Muwardi. Saya permisi dulu.”
dr. Muwardi : “Ya, silakan.”

Di kediaman Ir. Soekarno, sejumlah pemuda telah memadati halaman rumah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban jalannya upacara proklamasi, dr. Muwardi meminta Syodanco Latief Hendraningrat untuk berjaga – jaga di sekitar rumah Soekarno.
dr. Muwardi : “Latief, tolong anda jaga tempat ini sebaik – baiknya agar pelaksanaan upacara proklamasi berlangsung tertib dan aman.”
Syodanco Latief Hendraningrat: “Baiklah Mas Muwardi. Saya akan berusaha melaksanakan amanat dari anda ini dengan sebaik – baiknya.”
dr. Muwardi : “Baik, saya percayakan hal ini pada anda. Permisi.”
Syodanco Latief Hendraningrat: “Arifin, untuk menjaga jika terjadi kekacauan yang dibuat Jepang, anda selaku pimpinan pasukan harus selalu siap siaga di dekat pesawat telepon di rumah Soekarno, sewaktu – waktu pasukan ini bisa dihubungi lewat pesawat telepon.”
Syodanco Arifin Abdurrahman: “Baik Latief. Saya akan melaksanakan tugas ini.”

Sementara itu, persiapan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Mr. Wilopo setelah mendapat perintah dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo.
Suwiryo       : “Mr. Wilopo, saya ingin memberikan suatu tugas yang sangat penting pada anda.”
Mr. Wilopo   : “Tugas apa yang ingin anda berikan pada saya Mas Suwiryo?”
Suwiryo       : “Saya ingin agar anda mempersiapkan segala peralatan yang  dibutuhkan dalam pembacaan teks proklamasi.”
Mr. Wilopo   : “Baik. Akan saya laksanakan tugas ini.”

Setelah itu Mr. Wilopo pergi ke tempat pemilik Toko Radio Satria di Salemba Tengah 24, Gunawan.
Mr. Wilopo   : “Gunawan saya kemari hendak meminjam mikrofon dan pengarah suara milikmu, untuk pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.  Itupun kalau anda tidak keberatan.”
Gunawan      : “Oh, tentu saja saya tidak keberatan, kalau untuk pembacaan teks proklamasi, kenapa tidak? Silakan anda bawa mikrofon beserta pengarah suara milikku ini. Saya juga akan mengirim salah seorang teknisi untuk membantu.”
Mr. Wilopo   : “Terima kasih banyak Gunawan. Anda sangat membantu. Kalau begitu saya permisi dulu.”
Gunawan      : “Ya, silakan.”

Sementara itu Sudiro meminta Suhud (salah seorang tokoh pemuda) untuk menyiapkan satu tiang bendera.
Sudiro         : “Suhud, tolong kau siapkan satu tiang bendera untuk upacara proklamasi kemerdekaan.”
Suhud          : “Baik Mas Sudiro, saya akan segera menyiapkan tiang bendera yang anda minta.” (Maka, Suhud segera mengambil sebatang bambu, ia membersihkan dan melubangi bambu itu. Ia tidak ingat kalau di depan rumah ada 2 tiang bendera dari besi yang tidak digunakan)

Menjelang  pukul 10.00 WIB hampir semua tokoh – tokoh pejuang telah hadir di Pegangsaan Timur. Para pemuda yang telah menunggu sejak pagi hari sudh tidak sabar lagi. Mereka mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan Soekarno bahwa hari sudah siang.
dr. Muwardi : “Pak Soekarno, hari sudah semakin siang. Kenapa pembacaan proklamasi tidak segera dilakukan? Bukankah lebih cepat lebih baik? Lagipula orang – orang sudah menunggu sejak tadi pagi untuk menyaksikan pembacaan proklamasi.”
Ir. Soekarno    : “Karena Hatta belum datang. Pembacaan proklamasi akan dibacakan kalau Hatta sudah datang. Saya tidak bisa membacakan proklamasi, kalau Hatta tidak datang mendampingi saya.”
dr. Muwardi : “Tapi Pak, orang – orang sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan pembacaan proklamasi.”
Ir. Soekarno    : “Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau Hatta tidak ada. Kalau Mas Muwardi tidak mau menunggu, silakan membaca proklamasi itu sendiri!”
dr. Muwardi : “Tapi…
(Serentak dari luar ruangan): “Bung Hatta datang!”

Saat terjadi perdebatan sengit, Drs. Moh. Hatta datang dengan  berpakaian putih – putih. Hatta datang lima menit sebelum acara dimulai. Bung Hatta langsung menemui Soekarno di kamarnya.
Ir. Soekarno                : “Hatta! Akhirnya kau datang juga!”
Drs. Moh Hatta: “Soekarno, maaf saya telah membuat kalian semua menunggu.”
Ir. Soekarno                : “Tidak apa – apa. Kau datang lima menit sebelum acara dimulai.”
Drs. Moh. Hatta: “Kalau begitu, mari kita mulai pembacaan proklamasinya.”
Ir. Soekarno                : “Mari.”

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba – aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna. Suasana menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta diperilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang mantap, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan sebelum membacakan teks proklamasi.

Saudara – saudara sekalian!
Saya telah minta Saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh – puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus – ratus tahun. Gelombang aksi kita untuk mencapai kemedekaan itu ada naiknya ada turunnya, tetapi kita tetap menuju ke arah cita – cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri pada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musywarat dengan pemuka – pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia – sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara – saudara!
Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad. Dengarlah proklamasi kami.

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta
Demikianlah Saudara – saudara!
Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara merdeka, negara Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.
 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Acara dilanjutkan dengan pengibarn sang saka Merah – Putih. Soekarno – Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka. Jarak antara kedua tokoh itu dengan tiang bendera sekitar dua meter. Suhud segera mengambil bedera Merah – Putih di atas baki yang sudah disediakan. Ia mengikat bendera tersebut ke tali tiang bendera dengan bantuan Syodanco Latief Hendraningrat. Secara perlahan – lahan mereka menaikkan bendera Merah – Putih.
Secara spontan hadirin mengiringi penaikan bendera dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Hadirin kemudian mendengarkan pidato dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Usai upacara, mereka meninggalkan tempat bersejarah itu. Dengan demikian, selesailah upacara singkat yang berlangsung selama sekitar satu jam

Puisi cinta



soree...
sahabat  semuanya disini saya mau berbagi puisi dengan sahabat-sahabat, sekaligus saya curhat hehehe


setiap ku ada
kau selalu tiada
setiap ku cari
kau selalu mencari


di manakah engkau
engkau telah meninggalkan aku
kini ku
hanya bisa
menanti sambil di nanti

di siang malam
sampai malam pun kesiangan
ku merintih kesakitan
bak orang tak punya perasaan
setiap malam
setelah lama
 
kau tak berada di sana..
bagai bintang di surga…..